Free tutorials and consultations MENDELEY, SPSS, EXPERT CHOICE, SUPER DECISION, etc. Every Friday at 10:00 am on the 3rd Floor of Campus A STEI Indonesia. Please call the cellphone number or WA 081210106680.

20140307

Fenomena Golput di Pemilu 2014

Sebentar lagi Pemilu 2014 akan berlangsung, sudah banyak kita lihat serangan iklan politik dari calon-calon legislatif dan juga bahkan calon-calon presiden beredar di pohon dan tiang listrik bersebelahan dengan iklan sedot wc dan memperbesar alat vital sampai tayangan iklan di televisi dan baliho. Bisa dibayangkan demikian besarnya biaya untuk "memprovokasi" pemilih agar menetapkan dirinya sebagai pilihan. Namun jarang saya lihat para calon yang mungkin tidak memprovokasi pemilih untuk memilihnya tapi lebih berusaha untuk tetap bersahaja dengan bekerja keras memberi manfaat
bagi masyarakat banyak. Strategi pemenangan partai dan politisinya sudah mirip strategi penetrasi pasar dalam kegiatan bisnis, berbagai cara dan janji manis produk yang dijual (partai dan politisinya) di kemukakan. Namun ditengah gegap gempita pelaksanaan pemilu 2014 yang sebentar lagi, muncul kabar bahwa jumlah pemilih yang memilih untuk tidak memilih kemungkinan akan meningkat. Menurut saya ini ngga bisa disalahkan karena sudah terbukti banyak sekali partai dan politisi terdahulu yang janji-janjinya kosong implementasi. Bahkan tanpa malu-malu kita lihat bagaimana para pemimpin Komite Pemilihan Umum yang nota bene panitia pemilu kemudian rame-rame eksodus masuk ke partai-partai yang menang pemilu tanpa malu-malu dan kikuk takut kalo dituding ada apa-apanya saat jadi panitia pemilu kemaren. Melihat kenyataan ini saya kira gak bisa disalahkan kalo ada saja orang yang nggak yakin dengan kejujuran proses pemilu 2014 ini, termasuk kejujuran dan komitmen para calon legislatif termasuk calon presidennya. Trus kalo sudah begitu mau bagaimana? apa mau ikutan golput juga? susah memang, tapi kalo melihat kondisi yang ada saya koq merasa apa salahnya dengan golput, bukannya golput sebagai bentuk penunjukkan pada masyarakat bahwa kita mungkin sudah tidak tertarik lagi dengan model demokrasi yang tidak cocok dengan kepribadian bangsa kita barangkali. Menurut saya yang dibutuhkan oleh bangsa ini adalah pemimpin yang menjadi figur panutan dengan segudang prestasi, komitmen dan kejujuran yang dapat menjamin kita menuju bangsa maju secara bersama. Nah untuk itu apa salahnya kalo ada wacana yang menganjurkan kepada kita untuk memperjelas fenomena ini dengan melakukan pilihan untuk tidak memilih (golput) tapi secara aktif datang ke TPS kemudian memilih untuk tidak memilih yang ada dengan memilih semuanya. Dengan alasan untuk menghindari di manfaatkannya suara kita oleh mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab. Tapi saya juga setuju kalo mereka yang memilih untuk tidak memilih untuk tidak banyak protes kalo nanti ternyata pilihannya (yaitu tidak memilih) tidak menang. Ya saya kira ini cara efektif untuk menunjukkan kepada penyelenggara negara ini terasuk masyarakat banyak bahwa kondisi sudah berubah, tolong pikirkan model penyelenggaraan negara yang lebih baik lagi yang dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa secara keseluruhan. Usul saya adalah kekalifahan. Wallahualam. Semoga bangsa kita selalu diberi kekuatan untuk dapat selalu menjadi dirinya sendiri.